Memahami bagaimana hubungan suporter dan sebuah klub bekerja, adalah salah satu hal yang membuat sepakbola menjadi indah. Hubungan dua arah yang didasari dengan cinta dan loyalitas, yang kemudian membentuk sepakbola sebagai sesuatu yang tidak hanya berhenti di lapangan hijau; ada banyak hal yang saling berkaitan di antara keduanya, mulai dari aspek budaya, sosial, hingga kemanusiaan.
Belakangan ini, kami banyak mendengar masukan tentang bagaimana PERSIS melakukan persiapan terkait kompetisi yang akan bergulir sesaat lagi. Di antaranya, tentang alasan kenapa beberapa laga ujicoba yang kami lakukan diselenggarakan secara tertutup, dan terkesan ‘berjarak’ karena terlihat senyap di media sosial. Maka dari itu, izinkan PERSIS memberikan keterangan terkait apa yang sedang terjadi dalam proses ujicoba, bukan sebagai alasan dan pembenaran, tapi sebagai jembatan agar klub dan suporter memiliki frekuensi yang sama tentang bagaimana menyikapi persiapan tim jelang kompetisi.
Pertama, perlu dipahami lebih dulu bahwa PPKM membuat ruang gerak PERSIS menjadi terbatas, karena ada regulasi yang menyatakan bahwa PPKM level 4 melarang aktivitas olahraga di ruang terbuka baik untuk individu ataupun kelompok. Namun, PERSIS mengajukan izin aktivitas untuk persiapan menyambut kompetisi, dengan persyaratan ketat, di antaranya:
- Kegiatan latihan dan ujicoba hanya boleh diikuti tim dan official saja.
- Seluruh pemain, staf, dan tim official yang mengikuti latihan atau ujicoba, wajib melakukan test swab rutin sebelum melakukan aktivitas.
- Tidak mempublikasi aktivitas latihan dan ujicoba melalui sosial media.
Selain itu, izin untuk mempublikasi kegiatan juga bersifat dua arah, yaitu kesepakatan dari klub tuan rumah dan tim tamu. Ada tim yang meminta secara khusus untuk tidak mempublikasi aktivitas (skor, foto, video, cuplikan) karena permintaan pelatih, ada pula yang meminta untuk tidak mempublikasi aktivitas berdasarkan regulasi PPKM. Jadi, untuk tudingan ‘takut strategi akan diintip oleh tim lawan’ sebetulnya tidak tepat, karena masing-masing tim yang melakoni ujicoba memiliki dokumentasi laga untuk analisa taktikal, namun adanya regulasi tertentu membuat laga tersebut tidak bisa dipublikasikan melalui sosial media seperti: live report atau live streaming.
Sungguh, sejatinya ini adalah situasi yang dilematis. Kami memahami betul bahwa kerinduan suporter untuk melihat PERSIS bertanding adalah sesuatu yang ingin segera dipenuhi, karena sudah terlalu lama Laskar Sambernyawa tidak hadir di tengah suporter akibat terhalang pandemi. Kami juga menyadari, bahwa ketika suporter tidak bisa hadir ke stadion, doa dan dukungan suporter adalah elemen penting yang menjadi pilar sebuah tim untuk melangkah menuju kesuksesan. Oleh karena itu, ketika diperbolehkan dan tidak ada regulasi yang dilanggar, kami senang betul bisa melakukan tayangan live streaming ketika melakoni ujicoba kontra Bali United pada Juni lalu. Kerinduan rekan-rekan suporter terobati, dan kami sebagai tim pun bisa membuktikan sejauh mana persiapan PERSIS untuk menyambut datangnya kompetisi. Namun, ketika ada regulasi terkait PPKM yang bergulir sejak bulan Juli, kami juga harus mematuhi anjuran tersebut demi kebaikan bersama.
PERSIS sadar bahwa yang terpenting di dalam sebuah hubungan adalah komunikasi. Ketika ada satu dua hal yang mengganjal, maka yang bisa kami lakukan adalah memberi respons agar komunikasi dua arah dari klub dan suporter tetap berjalan sebagaimana mestinya. Toh, PERSIS juga memahami bahwa kritik dan masukan dari suporter didasari oleh rasa cinta dan kerinduan agar bisa menyaksikan tim kesayangannya merumput kembali.
Semoga kita semua selalu diberi kesehatan dan umur panjang, sehingga pada saatnya nanti kembali dipertemukan untuk merayakan pertemuan atas hal yang kita cintai bersama: Sambernyawa dan sepakbola.
Salam sayang,
PERSIS.