PERSIS telah tiba di Malaysia untuk menjalani training camp serta latihan bersama salah satu klub Malaysia Super League, Johor Darul Ta’zim Football Club (JDTFC). Tidak hanya para pemain yang akan mendapatkan pengalaman dengan menjalani training camp, manajemen PERSIS juga mendatangi training center serta stadion demi melakukan riset terhadap pengembangan klub.
Manajemen PERSIS melakukan studi banding terhadap fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh JDTFC pada hari Jum’at (11/11) pagi. Fasilitas yang didatangi di antara lain adalah Pusat Latihan JDT di Padang Seri Gelam dan Stadion Sultan Ibrahim di Iskandar Puteri.
Banyak hal yang dipelajari oleh pihak manajemen PERSIS ketika melakukan studi banding seperti pembangunan infrastruktur demi menunjang kebutuhan tim, fasilitas penunjang yang harus dimiliki dan sistem pengelolaan akademi yang baik untuk menumbuhkan bibit-bibit muda berbakat.
Berkunjung menuju Stadion Sultan Ibrahim pun juga menjadi inspirasi terbesar bagi Laskar Sambernyawa untuk membangun infrastruktur yang nyaman dan ramah bagi suporter. Pemerataan kapasitas penonton demi kenyamanan, memaksimalkan modernisasi di dalam stadion serta meningkatkan fasilitas penunjang agar dapat menggabungkan sisi olahraga dan entertainment (sportainment) menjadi pembahasan penting dalam kesempatan berharga kali ini.
Selain itu, di sela-sela kunjungan PERSIS mendapatkan kesempatan untuk berbicara banyak bersama Martin Prest, Sporting Director dari JDTFC. Martin sendiri telah bersama klub selama sekitar 10 tahun terakhir dan ikut terlibat dengan perjuangan JDTFC dalam meraih kejayaan, “saya sudah 10 tahun bersama tim dan terlibat bersama baik JDTFC ataupun JDTFC II. Semua orang yang terlibat di klub bekerja di sini seperti keluarga,” lanjutnya.
Martin menuturkan bahwa JDTFC telah melakukan revolusi besar-besaran terhadap persepakbolaan di Malaysia. Terlebih dengan bantuan sosok pemimpin seperti Tunku Ismail Idris ibni Sultan Ibrahim atau yang juga merupakan Crown Prince of Johor (TMJ). Menurutnya TMJ telah mengeluarkan segalanya demi perubahan klub.
“Selama 10 tahun terakhir setelah TMJ mengambil alih klub JDTFC, kita bisa melihat perubahan besarnya. Di sepak bola peran setiap orang memanglah penting, pelatih, manajemen pemain dan yang lainnya. Namun jika tanpa pemimpin yang baik, mungkin akan sulit. Dia benar-benar terlibat dalam semua aspek di klub ini. TMJ telah berperan di setiap hal yang ada di JDTFC.”
Kunci kesuksesan sebuah klub menurut Martin ialah bagaimana upaya kerja keras serta memiliki tim manajemen yang baik. Selain itu pentingnya memiliki pemilik klub sekaligus pemimpin yang baik agar dapat menjalankan tujuan menuju yang lebih baik.
“Kerja keras, memberikan edukasi yang baik dan melakukan semuanya dengan passion. Jika kita memiliki The Real Leader, maka semuanya akan terasa lebih mudah. Di sepak bola kita akan banyak mendapatkan tekanan dan sangat membutuhkan kemenangan. Namun kita harus memiliki sosok yang dapat me-maintain level agar bisa meraih kesuksesan setiap tahunnya. JDTFC memiliki banyak pemain yang sudah bermain sejak klub ini ada dan meraih banyak gelar. Inilah alasannya kenapa semua itu bisa terjadi, karena mentalitas pemain dan juga peran TMJ selaku pemimpin yang membangun mentalitas semua orang yang bekerja di sini.”
Memiliki pemimpin yang sangat mencintai dan memberikan loyalitas kepada klub adalah hal yang sama seperti dilakukan oleh Laskar Sambernyawa. Sejak melakukan akuisisi oleh manajemen yang baru, tiga pemimpin PERSIS saat ini yakni Kaesang Pangarep, Aga Thohir dan Kevin Nugroho telah menunjukkan kapasitasnya secara pantas. Memberikan pengembangan terhadap pematangan sistem akademi, membentuk tim wanita (PERSIS Women) secara profesional dan berbagai macam perubahan lainnya.
Rasiman turut memberikan tanggapannya terhadap kunjungan yang dilakukan oleh manajemen PERSIS. Menurutnya ini menjadi hal yang sangat baik dan positif bagi klub demi pengembangan berkelanjutan ke depannya.
“Kita sudah mengunjungi JDTFC training ground dan stadionnya. Saya rasa ini hal yang sangat baik dan banyak aspek positif yang kita terima. Ke depannya kita bisa belajar bagaimana menjadi first class club. Kita dapat melihat semuanya di sini sangatlah rapi dan lengkap.”
Namun, ia berujar bahwa hal tersebut harus menjadi lecutan bagi PERSIS, tapi tidak perlu membuat tim berkecil hati dengan yang dimiliki saat ini.
“Dalam beberapa aspek sebenarnya kita tidak begitu kalah dengan JDT. Misalnya, JDT mengirimkan pemain setelah operasi menuju Barcelona, sedangkan kita bisa melakukannya secara mandiri dengan fasilitas yang kita punya. Lalu di akademi rasanya saya kita berada di level yang sama, karena PERSIS juga tetap memproduksi pemain melalui sistem akademi untuk diteruskan ke senior. Lalu untuk women’s football JDT juga memilikinya, tapi kita jauh lebih advance karena kita jadi tim pertama yang secara profesional untuk women di Indonesia.
Menurut Rasiman hal yang menjadi penting bagi klub sekarang ini ialah memiliki training ground, karena dapat menjadi pusat dari seluruh tim yang dimiliki oleh PERSIS. Pengembangan terhadap PERSIS Youth dan PERSIS Women juga dapat berjalan dengan baik seiring adanya training ground.
“Tentunya yang menjadi urgensi ialah training ground. Sebetulnya kita bisa memodifikasi dengan fasilitas yang ada saat ini, contohnya adalah mengakuisisi salah satu lapangan yang dimiliki pemerintah seperti Stadion Sriwedari. Kita hanya memiliki lapangan yang bisa digunakan untuk kepentingan latihan saja. Untuk menjadi advance player mereka harus merasakan training ground yang layak seperti ini.”