PERSIS secara resmi mengumumkan penunjukan Peter de Roo sebagai pelatih kepala untuk musim 2025/2026 pada Jumat (27/6). Ia menjadi rekrutan pertama yang diumumkan oleh tim, dan akan memboyong asisten pelatih beserta pelatih fisik yang akan menyusul dirinya ke Solo jelang latihan perdana tim. Peter melalui sejumlah wawancara dengan owner terkait visi yang ia miliki untuk PERSIS, serta rencana yang ingin ia jalankan musim ini–termasuk melihat komposisi pemain yang akan diperpanjang kontrak, tidak diperpanjang, dan perlu didatangkan untuk menambah kekuatan tim.
Peter adalah salah satu pelatih berpengalaman di sepakbola Asia dan Australia. Pria berkebangsaan Belanda ini mengawali karier pasca bermain sebagai Direktur Teknik di kesebelasan Belanda, SC Cambuur pada 2003 hingga 2008. Perjalanan kariernya berlanjut di Australia sebagai Direktur Teknik untuk badan sepakbola negara bagian Queensland, Football Queensland, pada 2009 hingga 2011. Kemudian dirinya menduduki posisi Direktur Teknik untuk FFA Center of Excellence, sebuah program identifikasi bakat sepakbola dan pengembangan pemain yang dijalankan oleh Federasi Sepakbola Australia (FAA).
Perjalanan kariernya di Asia dimulai ketika menjalankan peran Direktur Teknik Asosiasi Sepakbola Malaysia (FAM) pada 2017 – 2021. Pria berusia 55 tahun ini kemudian mengarsiteki klub peserta Singapore Premier League, Balestier Khalsa, pada 2022 hingga 2025, dan berhasil mengantarkan tim tersebut ke posisi keempat musim SPL 2024/2025.
Pria kelahiran Amsterdam, 55 tahun silam ini mengungkapkan perbedaan yang ia amati selama berkarier di berbagai negara, dengan sepakbola Indonesia. Menurutnya, negara seperti Belanda dan Australia memiliki keunggulan pada infrastruktur serta visi jangka panjang yang jelas dan terstruktur.
“Setelah bekerja di berbagai lingkungan sepakbola seperti Belanda, Australia, Malaysia, dan Singapura, saya melihat perbedaan dan persamaan saat membandingkannya dengan sepakbola di Indonesia.”
“Salah satu perbedaan utama terletak pada infrastruktur sepak bola dan perencanaan jangka panjang. Misalnya, di Belanda dan Australia, sering kali ada struktur yang lebih jelas dari pengembangan pemain muda hingga tingkat profesional, dengan fokus yang kuat pada
pendidikan pelatih, analisis data, dan disiplin taktis sejak usia muda. Di Indonesia, semangatnya luar biasa, tetapi sistemnya masih berkembang. Ada potensi besar, tetapi mungkin perlu konsistensi dalam pengembangan pemain muda dan pendidikan pelatih,” terangnya.
Peter de Roo menyebut bahwa suporter di Indonesia memiliki kelebihan dibandingkan negara lainnya, dan lebih menuntut tim untuk mencapai hasil positif. Hal ini membuat pelatih harus pandai untuk mengelola mentalitas serta konsistensi.
“Perbedaan lainnya adalah tekanan dan atmosfer. Di Indonesia, budaya suporter di sini sangat intens, dan sangat emosional. Hal itu menciptakan tantangan sekaligus peluang. Di Singapura atau Malaysia, keterlibatan penggemar sangat antusias tetapi sering kali lebih terkendali. Tekanan di sini dapat mendorong pemain untuk tampil maksimal, tetapi itu juga berarti kita sebagai pelatih perlu mengelola kekuatan mental dan konsistensi dengan lebih berhati-hati.”
“Dalam hal kesamaan, semangat dan bakat sangat ada di semua wilayah ini. Di Indonesia, saya telah melihat pemain dengan kemampuan teknis dan kreativitas yang hebat. Yang dibutuhkan sekarang adalah mencocokkan bakat itu dengan visi yang lebih terstruktur tentang gaya bermain dan kepelatihan.”
Peter menilai bahwa PERSIS memiliki potensi yang sangat besar untuk maju jika mampu memadukan semangat juang dan konsistensi gaya bermain.
“Jadi secara keseluruhan, saya akan mengatakan sepakbola Indonesia, khususnya PERSIS, memiliki potensi yang sangat besar, dan jika kita dapat memadukan semangat lokal itu dengan gaya bermain yang konsisten, hasilnya bisa sangat menjanjikan.”
Pria yang semasa aktif bermain sepakbola profesional bersama SC Cambuur ini mengungkapkan rencananya untuk mengembangkan para pemain muda bersama tim, serta menginginkan mereka cepat beradaptasi dengan filosofi permainan yang ia inginkan.
“Saya pikir saya memiliki reputasi untuk memberi kesempatan kepada pemain muda. Pemain muda lokal juga merupakan hal yang dapat memberikan koneksi spesial dengan para suporter. Namun, seperti pemain lain dalam tim, saya akan mencoba memastikan mereka beradaptasi dengan cara bermain yang saya inginkan secepat mungkin.”
Merespon tentang filosofi permainan yang ia inginkan serta tujuan yang ingin diraih bersama PERSIS, Peter mengungkapkan bahwa ia menginginkan tim yang haus kemenangan dengan memainkan sepakbola atraktif dan menguasai pertandingan.
“Seperti pelatih lainnya, saya ingin menang, tetapi saya sangat yakin bahwa kami juga bermain untuk menghibur para pendukung. Saya percaya bahwa untuk menang, Anda harus mencetak gol. Untuk mencetak gol, Anda harus menguasai bola. Jadi, saya percaya pada sepak bola berbasis ball possesion, tetapi tentu saja menguasai bola bukanlah tujuannya,” terang Peter.
Ia menambahkan, “yang penting adalah penguasaan bola dan menciptakan peluang untuk mencetak gol. Ketika kami tidak menguasai bola, kami menginginkannya kembali; jadi saya tidak percaya menunggu lawan kehilangan bola. Begitu juga ketika kami bertahan, kami akan bersikap proaktif daripada reaktif.”
Terakhir, Peter mengungkapkan bahwa dirinya tidak sabar untuk membangun tim dan menahkodai Laskar Sambernyawa menuju tim yang bermain sepakbola atraktif dan tak kenal menyerah.
“Senang sekali telah bergabung dengan PERSIS. Saya telah melihat para penggemar dan membaca banyak hal tentang klub ini. Saya pikir, ada potensi yang besar dan saya tidak sabar untuk memulai dan membangun tim yang akan membuat para pendukung kami bangga menjadi bagian di dalamnya. Bermain sepakbola yang menarik dan bermain tanpa rasa takut, terlepas dari siapapun lawan kita.”